Sabtu, 27 September 2008

PEMBINAAN KAUM MUDA

By. Antonius Agus S

Pendahuluan
Arus globalisasi menuntut perkembangan dan pertumbuhan pelbagai aspek kehidupan masyarakat. Tanpa diimbangi dengan pendidikan nilai-nilai kebenaran dan kesadaran yang tinggi akan prinsip-prinsip norma dalam hidup, kita dapat terjerumus dalam paham-paham kehidupan yang menyesatkan, dengan aneka macam tawaran kemudahan menjalin kehidupan ini. Tawaran-tawaran ini menjadi bisa menjadi alasan bagi kita untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Akan tetapi, perjuangan untuk mencapai kebutuhan kitalah yang dipertanyakan, apakah kita masih mau bekerja keras untuk mencapainya atau hanya memanfaatkan kemudahan yang ada tanpa sebuah perjuangan? Globalisasi mempunyai aspek yang baik serta membangun sejauh kita mampu menghidupinya dengan pelbagai bentuk perjuangan hidup. Untuk itu sangat perlu bahwa setiap orang membekali (atau dibekali) diri dengan pendidikan yang pada akhirnya dapat membawa kita pada pondasi diri yang kuat. Karena arus globalisasi mempengaruhi semua aspek kehidupan, termasuk kehidupam religius, maka dlam hal ini diperlukan bukan hanya iman yang kuat melainkan dibutuhkan juga sikap keterlibatan kita. Artinya, tidak cukup kita hanya beriman tanpa terlibat dengan masalah-masalah kehidupan di sekitar kita, sebab iman itu tampak dalam perbuatan kita sehari-hari.
Kaum muda kristiani, selain sebagai generasi penerus bangsa juga menjadi harapan gereja, terutama harapan akan masa depan gereja. Namun, realita dunia yang menawarkan banyak kemudahan telah mempengaruhi kaum muda gereja. Mereka kurang melinbatkan diri dalam kehidupan gereja, tetapi lebih mengurusi kehidupan pribadinya. Selain daripada itu, faktor lingkungan tempat tinggal dan lingkunagn belajar maupun bermain juga bisa membentuk seorang pribadi kaum muda yang dewasa, maupun sebaliknya, pribadi yang tidak memiliki kematangan pesepsi dan perasaan. Untuk itulah diperlukan sikap mawas diri dan kesadaran tinggi akan masa depan gereja dari generasi muda dewasa ini. Namun, kaum muda sebagai ‘seorang anak’ membutuhkan pendampingan, supaya dalam lingkup hidupnya, baik dalam masyarakat maupun gereja, kaum muda senantiasa mampu memberikan diri seutuhnya. Kesadaran dan pendampingan serta pembinaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kesadaran tanpa pendampingan tidak berkembang karena tidak ada yang mengarahkan maupun membimbing kesadaran tersebut Maka, tema “Pentingnya pembinaan kaum muda dalam menenmkan tanggung jawab Kristianai” , mau mengajak kita sekaligus kaum muda sendiri (khususnya) untuk membuka diri bahwa mereka memiliki tanggung jawab atas kelangsungan hidup mdan masa depan gereja. Dengan tema ini, kaum muda diajak untuk mau membekali diri mereka dengan kepribadian yang dewasa dan sehat serta wawasan yang luas akan nilai-nilai kristiani, yang diperlukan untuk mencapai cirta-cita gereja di tengah masyarakat, yang notabene sarat dengan model gaya hidup dan problem kehidupan. Pertanyaan kita adalah: Bagaimana menanamkan tanggung jawab kristiani dalam diri kaum muada? Mengapa hal itu penting bagi kaum muda meupun gereja? Pertanyaan ini akan dibahas dan dijawab dlam uraian berikut.

Siapa Kaum Muda itu?
Untuk mengerti dan memahami kaum muda kita perlu mengetahui siapa yang termasuk kaum muda dan apa batasan-batasannya, sehingga kita bisa memberikan pembinaan itu sejak usia dini. Dari berbagai pendapat, yang dimaksudkan dengan kaum muda adalah orang yang berada pada rentang umur 11-25 tahun. Ada juga pendapat yang memberikan rentang waktu yang berbeda, antara umur 13-30 tahun. Biasa juga disebutkan bahwa remaja adalah orang/anak yang masih duduk antara banguku SMP sampai SMA/perguruan tinggi. Namun, definisi ini terkadang terkendala dengan kenyataan bahwa ada pernikahan usia dini, yaitu remaja yang menikah diusia muda mereka (antara 17-20 tahun) karena alasan tertentu. Maka, untuk itu prtlu ditambahkan juga bahwa remaja adalah termasuk mereka yang belum menikah, yaitu rentang umur 13-30 tahun dan belum menikah.
Dalam hal ini gereja juga membagi dua kelompok muda gereja, yaitu rekat (remaja katolik) yang masih duduk di bangku SMP dan mudika yang berada di bangku SMA. Untuk itu perlu diklarifikasi bahwa dalam pembahasan ini yang dimaksudkan dengan kaum muda adala remqja yang masih duduk di bangku SMP sampai mereke yang sudah memasuki jenjang perguruan tinggi, dan belum menikah.

Realitas Gereja dan Kaum Muda
Realitas Gereja Katolik saat ini dan tantangan-tantangannya
Di dalam gereja katolik trdapat pelbagai macam organisasi gereja, mulai dari organisasi Biak sampai dengan organisasi kepengurusan gereja. Kelompok tersebut, masing-masing mempunyai tujuan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan gereja, termasuk kelompok-kelompok kepemudaan yang ada. Kelompok-kelompok ini tebentuk sebagai bagian dari hierarki gereja di mana saat ini gereja ingin melibatkan seluruh anggota gereja dalam pembangunan gereja sendiri. Namun, tidak dapat disangkal bahwa seringkali terjadi persaingan antar kelompok dalam memperoleh perhatian gereja. Di samping realitas intern gereja, ada juga realitas di luar gereja yang tidak bisa disingkirkan oleh gereja, yaitu realitas gereja dalam lingkup masyarakat umum. Gereja katolik tidak hidup secara individu melainkan secra kolektif dengan berbagai macam aliran kepercayaan dan agama-agama lain. Dalam hal ini, gereja tidak terlepas dari masalah-masalah yang menyangkut kehidupan bersama, dan gereja dituntut juga untuk ikut serta di dalamnya. Gereja dituntut untuk mampu menunjukkan jati dirinya dalam masyarakat, dalam menghadapi persoalan-persoalan yang ada. Denagn tidak melibatkan diri di masyarakat, gereja bukan lagi menjadi jalan keselamatan melainkan batu sandungan. Di sinilah kehidupan gereja dan perkembangannya seklaigus diuji, sejauhmana gereja mampu mewartakan keselmatan di dunia yang penuh dengan aneka kesulitan dan tantangan.

Realitas Kaum Muda dalam Gereja
Kaum Muda gereja adalah harapan akan masa depan gereja, di sampiung sebagai pewaris kepemimpinan dalam gereja. Namun, persolan-perosalan di dalam lingkup kaum muda seringkali membuat mereka lari dari realitas yang dihadapi. Terutama bila [problematika yang dihadapi tersebut berkaitan dengan agama. Banyak kaum muda mengeluh bahwa gereja katolik terlalu banyak memberikan peraturan, khususnya ketika mereka dipersiapkan untukmenerima sakramen dalam gereja katolik. Walaupun demikian, tidak sedikit dari kaum muda itu mau dan bersedia memberikan diri kepada pa yangf dituntut dari mereka. Berkenaan dengan maslah intern yang dihadapi kaum muda sebagai anggota gereja, kematangan kepribadian adalah faktor utama dalam mennetukan sikap bagi kaum muda.
Kedewasaan dan kemempuan menentukan pilihan bagi kaum muda tergantung dari lingkungan tempat tinggal mereka (keluarga, masyarakat), juga l;ingkungan di mana mereka bergaul dengan teman-teman sejawat (organisasi gereja, kampus/sekolah). Di tempat-tempat itulah sebuah kepribadian terbentuk, karena sedikit banyak paradigma dan pemikiran kaum muda dipengaruhi oleh lingkungan mereka. Oleh sebab itu, faktor-faktor intern dan ekstern menjadi penentu bagi kaum muda dalam mengintegrasikan kehidupan pribadi, gereja dan masyarakat, demi masa depan mereka dan masa depan gereja, juga masyarakat tempat tinggal dan masyarakat universal. Tantangan-tantangan yang seringkali muncul dan menyebabkan kaum muda terpengaruh untuk melakukannya, misalnya, gaya hidup masyarakat modern yang mengarah pada westernisasi, yaitu gaya hidup yang serba bebas dan kurang memperhatikan norma-norma budaya Tumur (cara berpakaian, cara bergaul). Budaya instan yang sudah mengakar dalam masyarakat dunia juga mempengaruhi cara pikir maupun perilaku kaum muda yang egosentris, dll.
Tantangan terbesar bagi kaum muda dalam mengembangkan kehidupan pribadinya dan sekaligus kehidupan gereja adalah kesadaran diri dan pendampingan yang dibutuhkan. Kaum muda tanpa kepribadian yang matang tidak memberikan cukup sumbangan bagi gereja, karena tanpa kesadaran diri akan potensi dalam dirinya serta kesadaran akan pertumbuhan gereja kaum muda kristiani tidak berbeda dari pemuda biasa, yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Selain itu, pendampingan pastoral kaum muda juga menjadi tantangan yang cukup serius bagi pertumbuhan kaum muda sendiri maupun gereja. Kelompok-kelompok kaum muda kristiani, yang dengan penuh kesadran membentuk dan membangun komunitas atas dasar iman dan kepentingan untuk membangun gereja, tanpa pendampingan yang seimbang dan menyeluruh pada akhirnya hanya menjadi kumpulan kaum muda kristen, tanpa orientasi yang jelas.

Perlunya Pembinaan bagi Kaum Muda
Pembinaan dan pendampingan kaum muda sangat penting mengingat bahwa kaum muda msih membutuhkannya. Belum banyak kaum muda yang secara mandiri melibatkan diri dan membangun suatu tanggung jawab tertentu. Pembinaan dan pendampingan sifatnya membantu, artinya bahwa dengan pembinaan dan pendampingan yang berdayaguna diharpakan kaum muda memiliki pribadi yang matang di tengah masyarakat dan gereja, sebab sekaligus mereka juga merupakan penghubung antara kehidupan bermasyarakat dan menggereja. Tanpa pembinaan kecil kemungkinan bahwa kaum muda dengan sendirinya mampu menemukan jati diri mereka yang seungguhnya, yang kemudian menjadi landasan bagi dirinya untuk membengun masa depan gereja. Tujuan pembinaan kaum muda adalah berkembangnya diri mereka sebagai manusia dan sebagai orang katolik Indosnesia yang tangguh, tanggap, dan terlibat dalam hidup menggereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.1
Pembinaan kaum muda harus meliputi seluruh aspek kehidupannya dan harus secara menyeluruh, tidak setengah-setengah. Artinya, seluruh aspek kehidupan dalam diri kaum muda itu harus didasarkan atas iman dan kematangan kepribadiannya sebagai suatu pribadi yang utuh. Pembinaan ini sekaligus sebagai pelayanan pastoral, berlandaskan iman katolik. Berlandaskan iman katolik berarti menempatkan iman katolik sebagai pusat dan dasar, serta sumber motivasi dan inspirasi dalam seluruh karya pelayanan pastoral kaum muda. Menyangkut seluruh aspek kepribadiannya berarti menyentuh seluruh kematangan diri, yang meliputi aspek psikologis, intelektual dan spiritualnya.
Sasaran pembinaan kaum muda meliputi kepribadian yang kuat, beriman teguh dan tangguh, memiliki kepekaan dan kepedulian sosial, memiliki semangat berorganisasi yang didukung oleh jiwa kepemimpinan dan kepeloporan dan memiliki kemampuan dan kemauan untuk terlibat serta berperan dalam hidup menggereja. Untuk itu dapat dirinci beberapa bidang pembinaan yang perlu bagi kaum muda sebgai generasi penerus gereja:

Pengembangan Kepribadian
Pengembangan Kepribadian kaum muda dapat dilaksanakan melalui bidang-bidang kehidupan kaum muda yang meliputi:
Pengenalan, penemuan diri dan potensi serta kesadaran akan keterbatasannya, yang menumbuhkan kepercayaan diri dan gambaran diri yang sehat-seimbang sehingga mampu berkembang dalam daya cipta, bakat dan keterampilan.
Kesadaran diri dalam kelompok dan kehidupan ssosial sehingga mampu bergaul dan menjalin hubungan yang saling mengembangkan dalam semangat persaudaraan.
Ketangguhan fisik-mental yang terwujud dalam daya tahan, sikap sportif, semangat bersaing yang sehat dan hasrat meningkatkan prestasi2
Pembinaan kepribadian ini dapat dimulai dari lingkungan keluarga sebagai awal dari pertumbuhan seorang remaja. Kemudian, ketika masuk ke dalam masyarakat maka kaum muda membutuhkan bekal yang lebih luas dari lingkup sekolah, gereja maupun lingkungan bermainnya. Pembinaan kepribadian ini sangat menentukan bagaimana seorang pemuda nantinya menunjukkan diri di dalam amsyarakatnya dan di dalam gereja.

Pembinaan Moralitas Kaum Muda
Nilai-nilai moral sangat penting bagi kehidupan kaum muda sebagai bekal untuk hidup dalam masyarakat yang sarat dengan norma-norma dan peraturan yang ada. Maka, sebagai bagian dari masyarakat tersebut dibutuhkan suatu sikap yang mengarah pada suatu tindakan yang benar. Berbicara mengenai moralitas kaum muda berkaitan dengan keptususan moral sejati yang diambil oleh kaum muda seringkali dikacaukan oleh pengaruh masalah-masaalah penting yang sedang berkembang dewasa ini, sehingga membelenggu secara erat hidup kaum muda. Meoralitas yang sebenarnya berkaitan dengan serangkaian aturan, kebiasaan atu prinsip yang mengatur perilaku manusia dalam hubungannya dengan sesama, suatu perilaku yang mencerminkan keluhuran manusia.3 oleh sebab itu, sangat penting bahwa moral kaum muda sebagai harapan gereja juga terus dibina agar mereka mampu menjalankan hidup bermasyarakat untuk menyampaikan kabar gembira, dengan moralitas yang baik.
Moralitas yang baik tidak akan terwujud tanpa kesadaran akan pentingnya norma-norma yang menyangkut hukum umum dan hukum gereja (hukum kodrat). Oleh sebab itu, pentinglah memperhatikan dan memahami hukum yang berlaku dalam lingkup gereja sebagai teladan dan batu loncatan untuk hidup dalam masyarakat. Misalnya, perilaku menyimpang seksual. Seringkali hal ini dianggap sebagai hal yang sepele oleh kebanyakan kaum muda dewasa ini. Sudah hal biasa bahwa mereka melakukan hal-hal yang sebenarnya di larang, baik oleh agama maupun oleh masyarakat. Di sinilah peran kesadaran hati nurani itu dituntut, yakni bahwa perilaku yang bertentangan dengan norma dan budaya Timur tersebut dapat dihindari bila kaum muda dan remaja memiliki prinsip hidup yang matang dan teguh dalam keyakinan hati nuraninya.

Pengembangan Hidup Kristiani
Selain pendidikan dan pemahaman yang jelas tentang norma hidup, kaum muda kristiani juga perlu mengembangkan kehidupan kristianinya. Pengembangan kehidupan kristiani ini perlu dibina sejak dini karena menyangkut keyakinan dan iman sampai dewasa, bahkan sampai menjelang ajalnya. Pengembangan hidup kristiani ini menuntut sikap intern kaum muda, sebagaimana dituntut pula sikap dasar dari pribadi seorang kristiani. Pengembangan hidup kristiani yang dapat diberikan sebagai bentuk dari pembinaan kaum muda adalah sebagai berikut;
Kehidupan iman yang meliputi:
Pengetahuan tentang kebenaran-kebenaran iman dan keagamaan yang makin luas dan mendalam
Penyerahan diri kepada Allah, yang bersifat pribadi
Penghayatan hidup rohani dalam doa, ibadat dan penghayatan hidup sakramen sebagai ungkapan persatuan dengan Allah
Kemampuan menggumuli hidup sehari-hari sebagai perwujudan iman, pertemuan dengan Allah dan perayaan iman bersama seluruh umat Allah
Kehidupan menggereja, yang meliputi:
Penghayatan dan pengungkapan iman pribadi dalam kebersamaan dengan seluruh gereja
Kesadran akan ciri khas penggilan kristen yang diwarisi dari tri fungsi Kristus sendiri sebagai nabi, imam dan raja
Keterlibatan dalam berbagai bidang kehidupan dan pelaksanaan panca tugas Gereja, yakni koinonia (persekutuan), kerygma (pewartaan), liturgia (ibadat) dan martyria (kesaksian)4
Peran serta Kaum Muda dalam Kehidupan Menggereja
Sebagaimana anggota gereja secara umum, kaum muda juga diharapkan ikut ambil bagian dalam keberlangsungan pertumbuhan dan kehidupan gereja. Sebagai bagian dari anggota tubuh Kristus, kaum muda juga ikut berperan dalam tanggung jawab dan fungsi dalam gereja. Organisasi-organisasi kepemudaan dalam intern gereja maupun di luar gereja, sebagaimana terkait dengan keutuhan gereja merupakan aset penting bagi gereja sendiri. Maka, diharapkan juga bahwa masing-masing pribadi, sebagai bagian dari organisasi maupun anggota gereja, memiliki kesadaran dan keterbukaan untuk melibatkan diri dalam tanggung jawab tersebut. Di samping pendampingan dan pembinaan, kesadaran inilah yang terpenting sebab tanpa adanya kesadaran akan ketrlibatannya dalam gereja, pendampingan dan pembinaan tidak akan berjalan secara efektif.
Tanggung jawab kaum muda dalam kehidupan gereja menuntut peran serta kaum muda sendiri dalam aktivitas lingkungan kehidupan gereja. Tanpa peran serta aktif yang disertai dengan kesadaran yang tinggi akan keterlibatannya, gereja beserta kegiatan di dalamnya hanya merupakan sebuah pelarian bagi kaum muda, yang di dalam lingkup kehidupannya sedang mengalami kesulitan atau masalah pribadinya. Gereja bukan tempat pelarian tetapi gereja bisa menjadi tempat bernaung. Untuk itulah, agar gereja bukan hanya milik perseorangan atau kelompok-kelompok tertentu, keterlibatan kaum muda sangat penting dan memegang salah satu kendali. Gereja juga tidak bisa hidup tanpa kehadiran kaum muda, mengingat kaum muda, salah satu pembentuk pondasi gereja
Peranan kaum muda dalam gereja juga menyangkut perannya dalam masyarakat dan kehidupan sosialnya. Beberapa peran yang dilakukan oleh kaum muda, antara lain:
Menjadi saksi kehidupan yang dikaruniakan Tuhan kepada kita
Sebagai ujung tombak misi gereja, kesaksian hidup kaum muda ini sangat menentukan. Kaum muda, sebagai anggota gereja adalah terang, garam dan ragi bagi dunia. Dengan menjadi saksi bagi dunia, selain menjadi keselamatan dalam gereja kaum muda sekaligus menjadi jalan bagi keselamatan dunia. Keselamtan dalam dunia saat ini maupun dalam kehidupan yang akan datang.

Partisipasi dalam pembentukan kultur baru
Pembentukan kultur baru ini merupakan partisipasi kaum muda dalam membentuk kultur yang demokratis, solider, terbuka, rendah hati dan peduli lingkungan, dengan menggunakan ilmu pengetahuan untuk mengembangkan religiusitas yang memerdekakan. Namun hal ini masih belum tercapai karena pelbagai godaan dan tantangan kehidupan yang dialami kaum muda.
Menjadi penyambung lidah masyarakat
Selain memunculkan kultur baru yang memerdekakan dalam lingkup gereja dan masyarakat, kaum muda juga sekaligus menjadi penyambung lidah, artinya melalui aspirasi yang disampaikan oleh kaum muda terhadap gereja, perhatian gereja lebih ditarik untuk memperhatikan dan memberdayakan kehidupan dalam gereja, yang kemudian disampaikan kepada masyarakat.

Menjadi media komunikasi dalam gereja
Dengan kehadiran kaum muda di tengah-tengah komunitas gerejani semangat untuk membangun kesadaran dan solidaritas dalam menghadapi masalah menjadi semakin terbuka karena kehadiran kaum muda menyadarkan generasi sebelumnya untuk membagikan peran dalam keterlibatannya untuk membangun gereja.

Kesimpulan
Peran dan tanggung jawab kaum muda adalah langkah awal bagi pertumbuhan gereja. Kaum muda sebagai harapan sekaligus penerus masa depan gereja mempunyai tanggung jawab yang cukup menentukan. Walaupun demikian, tanggung jawab tersebut tidak dapat lepas dari pembentukan diri dan pendampingan maupun pembinaan bagi kaum muda. Pentingnya pembinaan bagi kaum muda dalam menanamkan tanggung jawab kristiani merupakan sebuah langkah untuk mendidik, mengarahkan, serta merangkul kaum muda sekaligus membangun gereja, di tengah-tengah masyarakat. Banyaknya kendala dan tantangan yang harus dihadapi bukanlah suatu kehancuran, melainkan juga sebuah langkah untuk memulai dan memajukan kehidupan dan perkembangannya.
Pembinaan kepribadian, penanaman nilai-nilai dan pengembangan hidup kristiani merupakan
1 Komisi Kepemudaan KWI, Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda, hal. 11.
2 ibid, hal. 12.
3 Charles M. Shelton, SJ, Moralitas Kaum Muda, Jogjakarta: Kanisius, hal. 11.
4 Komisi Kepemudaan KWI, Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda, hal. 13.